Minggu, 18 September 2011

CERPEN

 BADUT


Sinar Matahari terasa semakin jinak tak seperti beberapa jam yang lalu, membuat Wayan semakin bersemangat mengayuh sepedahnya dengan kecepatan tinggi. Sepedah tua itu bergetar hebat seperti tengah memompa darah Wayan yang membuatnya semakin bersemangat. Sesekali ia mengadah kelangit seperti tengah bersyukur kepada Tuhan tentang datangnya hari ini dan berharap Ia membawa uang yang cukup untuk membeli obat ibunya yang sakit. Wayan semakin memperkuat kayuhan sepedahnya, ia berfikir waktu terkadang berjalan cepat karena itu dengan waktu yang singkat ini Wayan tak mau mengecewakan pelanggannya. Karena ia tau selalu ada hari yang istimewa setiap ia di undang untuk mengisi disebuah acara.
Laju sepeda tua semakin lambat dan berhenti tepat dirumah yang dipenuhi oleh sorak tawa anak-anak. Dalam fikiran Wayan sorak tawa itu merupakan sebuah undangan yang ditujukan kepadanya agar ia cepat melakukan pekerjaannya. Di halaman depan Bu Dayu tuan rumah telah menunggunya, seelsh bercskp sejenak keduanya beranjak kehalamn belakang. Wayan segera mengikuti bu Dayu menuju halaman belakang. Sesampai disana ia membongkar isi tas besarnya dan mengeluarkan baju badutnya. Baju badut yang mirip tokoh kartun terkenal itu terlihat sangat tebal,panas dan sesak. Tak tau bagaiman seseorang bisa bernafas didalamnya namun hal itu tak mengurungkan niat Wayan mengenakan, semangatnya menghibur makin menjadi saat mendengar teriakan anak-anak memanggilanya. Ia mulai melangkah menuju sumber suara –suara itu.                                                               
“bli Wayan.. tunggu..!” 
            “oh Made ada apa kenapa kesini..? ..?” kataWayan sambil melepas topeng badutnya agar dapat melihat jelas wajah orang yang memanggilnya
“ bli harus pulang sekarang.” Kata made sambil mengatur nafas
            “ memang nya ada apa..?”
Made tak langsung menjawab, Ia Nampak ragu-ragu dan tak ingin mengatakan apa-apa. Namun saat melihat wajah Wayan yang terliaht heran ia  mulai menarik nafas
            “meme ngalain” kata made sambil tertunduk merasa bersalah
Wayan hanya terdiam membisu, air matanya perlahan merayap di sepanjang pipi dan menetes dibaju badutnya.
            “ pak yan cepat ditunggu sama anak-anak..!”
Mendengar suara bu dayu Wayan terperanjat ia mengenakan topeng badutnya yang berat menambah berat beban fikirannya, tapi satu hal yang ia fikirkan ia tak akan pergi dan mengecewakan anak-anak yang tengah menunggunya
            Wayan berjalan tertatih menuju tengah pesta , ia mulai mencoba menlambaikan tangannya dan menggoyangkan pinggulya.. tak semudah seperti biasanya serasa berat sekali… bukan karena air mata yang terus menetes membasahi baju badutnya.. tapi memang terasa berat. Bersama tangisannya yang berhasil ia ditutupi dengan topeng badut yang berwajah tersenyum ia menari menghibur anak-anak. Pukulan dan  tendangan canda anak-anak semakin membuat perasaannya hancur namun ia hanya bisa menangis menjerit memanggil-mangil sang ibu di balik baju badutnya. Hingga semua usai ia tetap begitu.
            Sekarang waktu berjalan sangat lambat, Wayan yang masih mengenakan kostum badut lengkap dengan topengnya karena ingin menyembunyikan tangisannya ia berjalan tertatih menuju rumah sambil menuntun sepedahnya, ia tak sanggup menerma goncangan sepedahnya jika ia harus menaiki sepeda tua itu. Di sepanjang jalan  terlihat anak-anak menyoraki,memangil dan menari-nari disekelilingnya. Ia mencoba tak mempeedulikannya. Namun semakin banyak anak-anak yang menari semakin membuatnya miris.Tak tahan melihat itu wayan menjatuhkan sepedahnya dan memeluk erat salah satu anak yang menari tadi. Ia menumpakan semua rasanya di pelukan anak itu Ia merasakan pelukkannya begitu hangat walau tak seperti yang diinginkan. Baik sang badut dan anak yang dipeluknya Keduanya menangis sambil memanggil
“ibu….”                                                                                             
PATRA

1 komentar: